Langsung ke konten utama

Postingan

Pembubaran HTI Sama Bangsatnya Dengan HTI itu Sendiri

Selasa (9/5), media santer memberitakan pembubaran HTI. Saya sama sekali tak senang dengan berita itu, meski sejak dulu saya tak pernah sepaham dengan HTI. Jika HTI memang dinilai mengancam, apakah penanggulangannya harus dengan cara dibubarkan? Bukankah ini sikap seorang pecundang? Karena kalah metode penyebaran ajaran, maka kekuasaan dimanfaatkan untuk memenangkan persaingan. Benar-benar bukan sikap kesatria. Saya sangat menyesalkan sikap PBNU maupun PP Muhammadiyah, dimana mereka justru terlihat menari-nari di atas pembubaran HTI. Sebagai organisasi keagamaan terbesar di negeri ini, harusnya mereka bisa merangkul HTI, bukan malah memusuhinya. Masalah HTI yang sering ngelunjak dan tak tahu diri? ya biarlah, itu cara mereka berdakwah kok. Nah, sekarang coba bayangkan jika PBNU atau PP Muhammadiyah yang dibubarkan. Perbedaan cara dan metode berdakwah tentu sebuah keniscayaan. Yang akan mendapat simpati tentu mereka yang paling elegan dalam berdakwah. Di sisi lain, dengan dibubarkannya
Postingan terbaru

Mas, Pokoknya LPJ Harus Dibuat Nol!

Mas, pokoknya LPJ harus dibuat Nol! Kalau kamu mau ngeyel, gak mau ikut sistem, ya sudah, gak usah minta anggaran! Kalimat tersebut tentu tidak asing bagi para aktivis organisasi mahasiswa (ormawa) yang biasa mengurus berbagai macam proposal pengajuan anggaran ke kampus. Setelah kegiatan terlaksana, tentu harus ada pertanggungjawaban penggunaan anggaran. Nah, di sini ada sebuah fenomena menarik, dimana manipulasi sudah menjadi rahasia umum. Manipulasi? Ya, dimana laporan keuangan harus dibuat sisa nol, entah bagaimana caranya. Walhasil manipulasi, gothak gathik gathuk pun dilakukan. Pembuatan nota palsu sudah menjadi pekerjaan biasa. Yang semakin miris, tidak pernah ada, atau mungkin belum ada yang berusaha menggugat sistem sampah tersebut. Kedua belah pihak, yakni mahasiswa sebagai pengaju dan birokrat sebagai pelayan sama-sama menikmati kebiasaan ini dengan enjoy, seakan tanpa ada sebuah kekeliruan. Birokrat menikmati karena mereka tak harus dipusingkan lagi dengan sisa an